Sejarah Desa Cipurwasari, Gunung Goong, dan Monumen Gempol Ngadeupa

Desa Cipurwasari merupakan salah satu desa di Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang, yang memiliki kekayaan sejarah dan keunikan geografis. Desa ini berada di kaki dua gunung yaitu Gunung Goong dan Gunung Seureuh, menjadikannya kawasan yang subur, alami, dan memiliki potensi besar untuk sektor pertanian, konservasi, serta wisata alam.

Keberadaan Gunung Goong memiliki arti penting bagi warga sekitar, bukan hanya dari sisi ekologis, tetapi juga historis. Wilayah di sekitar gunung ini pernah menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah, khususnya pada masa Agresi Militer Belanda II (1947–1948). Di sinilah salah satu peristiwa heroik terjadi, yang kemudian diabadikan dalam bentuk Monumen Gempol Ngadeupa.

Monumen ini dibangun sebagai penghormatan kepada sekitar 1.000 pejuang yang gugur, termasuk 40 prajurit yang dipimpin oleh Kapten Darsono, yang tewas akibat serangan udara dari tentara Belanda. Nama "Gempol Ngadeupa" sendiri diambil dari kondisi medan saat itu, di mana para pejuang bersembunyi tiarap (‘ngadeupa’ dalam Bahasa Sunda) di bawah pohon gempol saat pengeboman terjadi.

Monumen tersebut dibangun pada tahun 1978–1980 atas inisiatif Kodam III/Siliwangi dan diresmikan pada 13 Juli 1996. Selain menjadi simbol perjuangan, monumen ini juga diharapkan menjadi ikon wisata sejarah desa. Namun hingga kini, kondisinya masih membutuhkan perhatian lebih, baik dari segi aksesibilitas maupun perawatan.

Selain nilai sejarahnya, Desa Cipurwasari juga dikenal sebagai desa yang memiliki semangat gotong royong tinggi. Pemerintah desa dan masyarakat pernah mengusulkan pembangunan bendungan di antara Gunung Goong dan Gunung Seureuh. Tujuannya adalah untuk mengatasi persoalan kekeringan saat musim kemarau sekaligus membuka peluang sektor ekowisata berbasis alam.

Dengan latar alam yang indah, nilai-nilai perjuangan yang kuat, serta partisipasi aktif masyarakat dalam membangun, Desa Cipurwasari menjadi contoh nyata desa yang kaya akan identitas sejarah, potensi alam, dan semangat kemandirian.